Sore ini hujan. Hujannya syahdu sekali.
Seharusnya ada -paling tidak- sebuah puisi lagi.
Tapi aku sedang dalam perjanjian, tidak ada puisi untuknya lagi!
Puisi dengan objek lain, katamu?
Kau bercanda!
Sekeras apapun usahaku,
di ujung puisi pun tanpa sengaja akan ada perumpamaan baru untuknya…
Maka kupersembahkan saja, kumpulan puisi hujan dari para penulis besar dan kenamaan… Cekidot!
WS Rendra
Surat Cinta
Kutulis surat ini
kala hujan gerimis
bagai bunyi tambur yang gaib,
Dan angin mendesah
mengeluh dan mendesah,
Wahai, dik Narti,
aku cinta kepadamu!
Kutulis surat ini
kala langit menangis
dan dua ekor belibis
bercintaan dalam kolam
bagai dua anak nakal
jenaka dan manis
mengibaskan ekor
serta menggetarkan bulu-bulunya,
Wahai, dik Narti,
kupinang kau menjadi istriku!
Kutulis surat ini
kala hujan gerimis
kerna langit
gadis manja dan manis
menangis minta mainan.
Dua anak lelaki nakal
bersenda gurau dalam selokan
dan langit iri melihatnya
Wahai, Dik Narti
kuingin dikau
menjadi ibu anak-anakku!
Sapardi Djoko Damono
Tajam Hujanmu
ini sudah terlanjur mencintaimu
payung terbuka yang bergoyang-goyang di tangan kananku,
air yang menetes dari pinggir-pinggir payung itu,
aspal yang gemeletuk di bawah sepatu,
arloji yang buram berair kacanya,
dua-tiga patah kata yang mengganjal di tenggorokan,
deras dinginmu
sembilu hujanmu
Perahu Kertas,
Kumpulan Sajak,
1982
Amril Taufik Gobel
a.k.a Daeng Battala’
Hujan Membawa Bayangmu Pergi
Sudah lama, aku menyulam khayalan pada tirai hujan
menata wajahmu disana serupa puzzle,
sekeping demi sekeping, dengan perekat kenangan di tiap sisinya
lalu saat semuanya menjelma sempurna
kubingkai lukisan parasmu itu dalam setiap leleh rindu
yang kupelihara di sudut hati dengan rasa masygul
dari musim ke musim
“Cinta selalu memendam rahasia dan misterinya sendiri,
pada langit, pada hujan,” katamu lirih terbata-bata.
Dan seketika, linangan air matamu menjelma
bagai deras aliran sungai yang menghanyutkanku jauh ke hulu
dimana setiap harapan kita karam disana
Sudah lama, aku memindai sosokmu pada derai gerimis
memastikan setiap serpih mimpiku untuk bersama
membangun surga di telapak kakimu dapat menjadi nyata
tapi selalu, semuanya segera berlalu
dan sirna bersama desir angin di beranda
“Percayalah, aku ada dinadimu seperti kamu ada didarahku,”bisikmu pelan
ketika bayangmu, perlahan memudar dibalik rinai hujan..
aineblume
hehe, tidak tahan mendengar suara hujan
maaf, mesti ada puisi hari ini… :p
Di Setiap Hujan
ada lagu yang sama terulang di setiap hujan
lagu yang manis namun cukup mengiris
memancing tawa, sesekali tetesan air mata, dan hati yang meringis
ada cerita yang terulang, terngiang lagi di setiap hujan
cerita yang manis untuk dilupa
tapi pedis untuk dikenang sedemikan rupa
ada sensasi haru yang terulang di setiap hujan
mendebarkan jantung
tapi menghangatkan jiwa
walau kemudian, aku tahu, ada buku yang harus ditutup rapat
menikmati hujan
sambil mendengarkan lagu lama
sambil mengingat cerita lama
dan membiarkan sensasi haru yang sama,
melayang di udara…
Makassar, 24 Oktober 2011
dan hujan kali ini ‘tetep’ ditemani dentingan piano Yiruma dan petikan gitar Jubing Kristianto…
hmmm….
*berkunjung*
Hujan itu menyenangkan. Setidaknya bagiku 🙂
iehh..ada Kaka Khiee… *jingkrak-jingkrak
jadi…hujan itu sejuta rasa, diy?
tergantung situasi dan kondisi… :p
*hujan enak kalo makan bakso…hehe
Aku juga nulis puisi kala hujan, saat itu lapar banget, jadinya ini dia puisinya…
http://daengoprek.blogspot.com/2011/10/syair-laparrr.html
hehehe..iye’..sudah mka ke TKP… dasar Qt diy? :p
tapi betul yang Qt bilang, hujan memang bikin lapar… ^_^
wiii mantap memang…
yang mana mantap ini, Kaka… ada empat puisi dari 4 penyair…
ka ada juga puisiku nebeng di situ…
*sok penyair… :p
*malumalu
Hujan itu… membersihkan. Meski harus mengangkat kotoran yang melekat dan tersembunyi ke permukaan terlebih dahulu. Walau, masih saja ada kotoran yang meresap kembali dengan cepatnya.
Hujan itu… kesempatan. Kesempatan untukku. Kesempatan untuk mengenang kembali, menelaah dan mempelajari, dan berkomitmen dengan jiwa. Kesempatan untuk bermimpi, dan berencana.
Hujan itu… SESUATU,
ahhh….iya juga, Kak…
kalo se pikir2 memang begitulah adanya..
kalau kita pasang teori ini ke manusia bisa juga..
kalau hujan
terkadang, kita lalu seolah menjadi diri sendiri
apa yang tersembunyi di hati
bisa jadi terkuak begitu saja
dan kita jadi tidak munafik lagi
hahahaha… anehnya analisaku dehh.. 😛
Ck. Memang itu maksudku Mirnaaaaa. Diaplikasikan ke manusia 😥
wahh..maap, kak.. maap…
hehehehe
jadi, hal tersembunyi apa mi ini yang keluar dari kita pas hujan tadi sore, Kak Dini?
hihiihihihi
hujan, selalu membuat rindu…
padanya dan padaNya 🙂
hihihihi… hujan..hujan… “sesuatu”! 😀
hujannnn,,,,,,,,,,,,,
love bgt…
like!! 😀
iyahhh..saya juga suka hujan… 😀
Rimma juga suka hujan?
Hujannya syahdu, menyenangkan, dan menyegarkan pula, apalagi dentingan piano serta alunan gitar berpadu, mmhhh…hujan…selalu ada goresan kalbu. Ku yakin hujan pun berpadu sederetan kalimat “SADAMDA BASEMEN, salam damai dan bahagia selalu menyertai, amin”. karena hujan itu memberikan damai yang berdampak pada bahagia. 🙂
arrghhhh…. ndak tau ka mau komen apa, Daeng… :p
pokoknya kalo hujan… ada dia! #halah
suiitt suitt…heheh
hahahaha
*malumalu
Terimakasih ya..sudah mengutip puisi saya disini..
Saya jadi tersanjung disandingkan dengan sastrawan Sapardi Djoko Damono..
Ah..hujan memang selalu membawa inspirasi…
Hehehe… Iya… Mirna memang nge-fans sama puisi ta’…
oh iya, ada juga puisinya Mirna di bawah puisi ta’ itu…
*malu2…
Coba dengar lagu Kascaphony – Hujan 🙂
sudah donlot… ^_^b
Lagi nyari-nyari puisi tentang hujan… (maklum musim ujan),
saya senang dengan puisi pembukanya…
yg..
“Sore ini hujan……….”, dst.
Kalau boleh, saya repost di blog saya mbak…
boleh gak? 😀
Semisal boleh, tolong beri kabar… 🙂
salam..
salam kenal, Mas…
wahh…pembuka itu termasuk puisi kahh? 😀
repost? boleh kok… berbagi itu indah, kan, Mas? 😀
makasih sudah mampir… ^_^
sering2 yahh…
#ngarep
Wah, puisi bukan nih… tergantung penulisnya, kalau penulisnya bilang itu puisi, sudah cukuplah…
kalau iya puisi, judulnya “puisi Hujan” kah? atau ada yg lain?
trims.
hehehehe… cuman pembuka biasa aja tuh, Mas…
nah..kalo yang di bawah-bawahnya itu baru puisi benerann… 😀
aku juga nyumbang satu puisi kok, Mas…
puisi paling bawah… 😀
kalo masalah judul sih.. Umm… Mas..emangnya mau repost yang pembukanya doang yah?
*mikir*
ya udah… ‘puisi hujan’ aja… hihihihihi
Oke, makasi yah…
puisi yg paling bawah juga bagus, cuman (ada cumannya nih….) tidak selugas pembukanya… hehehe
ini menurutku loh, jadi jgn dianggep… 😀
bagusnya blog mu mirna,… sy jg mau buat blog deh,…. berteman ki nanti nah
ehh, ada abang FJ!
Iyah, bikin mi cepap2…nanti se follow… 😀
I like it…!!!
suka sama yang mana, MAs?
kan ada beberapa puisi hujan, tuh… ^_^
makasih yah, sudah berkunjung…
very good… i take your word. thx
makasih sudah berkunjung, Mas Yeri.
monggo silakan dikutip.
ini di atas banyak kata2 dari penyair hebat. 🙂
Hujan mengingatkan ku kpd sang mntan kunik mati setiap tetesanya yg meng haru kan.,,dan indh untuk d kenang..
sekedar ‘mengingatkan’ itu tidak apa-apa
yang jadi masalah kalau ‘terjebak nostalgia’
^_^