.::bisikan kalbu::. · cerita pendek · harihariku

Aura

“Ini menyakitkan, but stop it!”kata Guru Kang pada Irina siang itu.

Irina terkejut. Sepertinya jantung Irina sempat berhenti berdetak sedetik. Seketika semua harapan baik tentang salah satu mimpi besarnya itu hilang, menguap begitu saja.

Saat itu Irina hanya bisa tersenyum dan mengangguk lalu menekuk wajah bahagia dan lega kuat-kuat walau sorakan teman-teman menohoknya dalam-dalam.

***

Lalu apa itu berarti semua yang kau katakan dulu tidak benar? Kau bohong waktu itu? Kau hanya mau menyenangkan hatiku saja? Kau tidak benar-benar seperti apa yang kau bilang?

Irina menghela napas.

Tapi sudahlah. Tidak ada gunanya lagi mempertanyakan itu semua. Bedanya apa kalau aku bertanya dengan tidak bertanya? Tidak ada, kan? :’)

***

Di suatu siang di sekolah.

“Saya bisa melihat aura kalian sekarang.”kata Guru Kang tiba-tiba. Kesembilan murid di ruangan itu ramai dan begitu penasaran.

“Ya. Aura yang terpancar dari diri kalian saat ini. Saya bisa melihatnya.”katanya sekali lagi.

“Aku auranya apa, Pak?”

“Kalau aku, Pak?”

“Pak, aku duluan dong!”

Semua berebutan ingin dilihat auranya. Dan Irina juga salah satu dari remaja putri di situ yang ikut-ikut berteriak. Guru Kang tersenyum melihat antusiasme anak-anak didiknya.

Dasar bocah!

“Ehm.”guru Kang berdehem agar murid-muridnya diam.

Dan sang guru pun memberitahukan aura muridnya satu per satu. Mereka sesekali tertawa, terkikik, bersorak, dan terkadang menepuk pundak temannya untuk sedikit meringankan beban jika yang terlihat adalah hal-hal kurang baik.

Dan akhirnya sampailah pada Irina yang sudah dari tadi memasang wajah sangat penasaran.

“Irina… kamu…”guru Kang menggantung perkataannya. Irina menarik napas, tegang dan penasaran.

“Kamu sedang suka seseorang, kan?”kata guru Kang serius. Irina terkesiap.

“Auramu itu menunjukkan kamu sedang suka seseorang.”kata guru Kang meyakinkan. Teman-teman Irina bersorak.

“Tapi sayangnya, orang yang kamu suka itu tidak memberikan respon sesuai yang kamu inginkan. Lelaki itu tidak membalas aura yang kamu pancarkan untuk dia.”

Di sini Irina menahan napas. Teman-teman Irina berteriak, kecewa.

“Dia cuma menganggap kamu teman. Hanya teman biasa.”kata guru Kang lagi. Irina tersenyum mengangguk.

“Ini memang menyakitkan, but stop it! Berhenti mengharapkan dia.”kata guru Kang yang pelan berjalan mendekati Irina. Wajah serius guru Kang tertekuk dalam-dalam. Irina mengangguk kuat-kuat.

Irina tahu ia kuat.

selesai

6 tanggapan untuk “Aura

    1. waduh…
      hihihihihi
      bukan guru Kang lah, Pak De… ^_^
      nanti aku bikin part2 deh kalo gitu…
      biar keliatan yang Irina suka itu siapa… ^_~

      oia, aku tadi abis mampir ke wordpress Pak De…
      tulisannya keren-keren deh…
      banyak artikel juga….
      seneng bacanya… 😀

      makasih sudah berkunjung…
      sering-sering mampir, Pak. De, ya… ^^

      salam kenal,

      mirna

      1. Wah terima kasih pujiannya. Tapi, kata Tukul Arwana, “Pujian itu memabukkan; ejekan justru memotivasi untuk berkembang”. 😀
        Ditunggu jilid duanya. Blogmu tak-link ya…
        Tetap nulis apa saja yang menarik minatmu biar semakin terampil. Kalau sudah semakin terbiasa menulis, hal kecil bisa jadi menarik karena dikemas dengan apik.

      2. hihihi.. walah, Pakde justru yang muji tuhh…
        insya Allah jadi motivasi…
        terima kasih semangatnya, Pakde…
        kalo boleh mirna minta dikritik tulisannya..
        #ngarep

Tinggalkan Balasan ke samurichan Batalkan balasan